Di sesaat setelah hujan menelisik hampanya udara minggu sore ini, dia mulai menggigiti isi kepalaku, membuatku mengingat ngingat apa yang pernah menjadi kenangan dibeberapa tahun kebelakang.

Setiap butirannya jatuh menghantarkan bunyi-bunyian yang menjadi penyemangatku untuk menjelajah waktu dan menelisik hari dimana kita semua berkumpul riang.

Hari dimana semuanya terlihat begitu kecil dihadapan mimpi kita yang begitu besar, mengumpulkan perca demi perca mimpi dan membentuknya bersama menjadi tumpukan besar cita-cita.

Hari dimana tawa yang renyah menjadi makanan kita sehari-hari, menjejaki tapak demi tapak bersama dalam kemeriahan putih abu.

Semuanya tepampang jelas di ubun ubun kepalaku tak sanggup kutumpahkan semua walau dengan kelincahan jemariku yang diberkahi ini. Aku tak kuat.

Hingga akhirnya ku tela’ah dan tersadarkan bahwa, kau meninggalkan kami, jauh jauh, dan semakin jauh hingga membentuk siluet sampai membentuk hanya outline yang terhilang karena hitam. Tapi kenangan tentangmu tetap akan merelung dihati kami.

Sekarang hanya bisa kuterimakasihkan dedikasiku untuk kalian yang sudah membentuk aku menjadi sedemikian rupa ini. Banyak kemudahan datang dari kalian. . .